Ketapang (Portal Kalbar) – Komunitas Jurnalis Warga Kayong Solidaritas (JWKS) melaksanakan kegiatan Workshop Gender in Media, Rabu (10/11/2021).
Kegiatan yang diikuti oleh 18 peserta yang juga anggota komunitas JWKS. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Training of Trainer (TOT) Gender Mainstreaming yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN).
PPMN sendiri adalah sebuah lembaga nir laba yang bergerak dalam peningkatan kapasitas pekerja dan penggiat media di Indonesia dan Kawasan Asia Tenggara.
Sebagai fasilitator dalam kegiatan ini yakni VD. Irwin yang juga sebagai Koordinator JWKS. Sementara narasumber adalah Alkap Pasti yang juga penggiat literacy di Kabupaten Ketapang. Konsep pengarustamaan gender di media dipandang penting karena media merupakan salah satu komponen yang dapat membentuk persepsi di masyarakat.
“Masih banyak bias yang terjadi ketika bicara tentang gender dan cenderung lebih ke arah stereotype, apalagi bicara peran baik laki-laki dan perempuan, nah media menjadi sangat penting bagaimana membangun konstruksi sosial di masyarakat yang inklusif”, papar VD. Irwin.
Sementara Alkap Pasti mengungkapkan bahwa di tengah situasi seperti saat ini dimana informasi dapat dengan mudah didapat dan disebarluaskan maka penting pembaca atau penerima informasi memiliki pemahaman dan kepekaan yang baik tentang kesetaraan gender.
“Ini dunia yang sulit dikontrol, namun pemahaman dan pengetahuan kita dengan perspektif gender, minimal dimulai dari diri kita, ini menjadi sebuah hal yang penting, tentu semua itu menjadi sebuah proses”, ujar pria yang juga menjabat sebagai salah satu Direktur BUMD di Ketapang ini.
Natalia salah satu peserta mengungkapkan juga bagaimana tantangan stigma-stigma negatif yang dirasakan oleh kaum perempuan. “Misal perempuan pulang agak malam, itu sudah menjadi stigma negatif juga kadan-kadang”, ujarnya sambil tertawa.
Sementara Vanesa salah satu peserta dengan latar belakang siswi SMK menyampaikan pengalamannya bagaimana kadang mendapat bully-an dari tema-teman di sekitarnya.
“Misal kita pakai baju seragam agak ketat, rok terlihat pendek, teman-teman ada yang berkomentar negatif, padahal mereka tidak memahami juga, bahwa baju yang dikenakan itu dari kelas I, sementara orang tua kita juga belum tentu mampu untuk belikan seragam baru”, tuturnya.
Diskusi itu pun berlangsung hangat dan menarik, bahwa sebenarnya ketidakpekaan pada gender dapat dilakukan oleh siapa pun baik secara sadar maupun tidak sadar. Namun dengan pemahaman dan wawasan yang baru ini tentu menjadi nilai tambah bagi peserta untuk mulai mengimplementasikan nilai-nilai sensitive gender dalam kehidupan sehari-hari.
“Penggiat komunitas sepert jurnalis warga menjadi bagian penting juga untuk berpartisipasi membuat konstruksi sosial yang lebih baik tentang gender lewat karya-karya yang diangkat dari kondisi lingkungan sekitar”, ujar VD. Irwin kembali.
“Mulai dari hal sederhana, mulai dari diri kita dan mari kita berproses”, pungkas Alkap Pasti mengakhiri kegiatan yang berlangsung kurang lebih tiga jam itu. (r)