Ketapang (Portal Kalbar) – Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ketapang, Edi Radiansyah mengatakan, anak yang bertubuh pendek belum tentu stunting, namun anak yang stunting sudah pasti bertubuh pendek.
“Ya ibu-ibu, kalau liat anak yang pendek jangan dulu dibilang stunting, tapi kalau stunting sudah pasti bertubuh pendek,” ujar Edi saat membuka Sosialisasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting bersama mitra kerja, di Pendopo Bupati Ketapang, Jumat (14/10/2022) pagi.
Edi memaparkan, berperawakan pendek bukanlah satu-satunya ciri-ciri dari stunting. Meski bertubuh pendek, namun memiliki prestasi akademik yang baik di sekolah, anak tersebut bukan tergolong stunting.
“Stunting itu, tubuh pendek, kecerdasan atau kemampuan berfikirnya rendah jika dibandingkan
anak seusianya. Tapi kalau dia cerdas, walaupun tubuhnya pendek, itu bukan stunting,” Papar Edi di hadapan ratusan peserta sosialisasi.
Maka dari itu, Edi mengingatkan pasangan suami istri termasuk pihak keluarga, untuk benar-benar memperhatikan asupan gizi yang baik untuk buah hati, mulai dari dalam kandungan hingga usia anak dua tahun.
Dia juga menyinggung angka pernikahan dini. Pernikahan dini bisa memicu terjadinya stunting. Hal ini harus dijadikan atensi semua pihak. Bukan hanya pemerintah daerah namun juga multi pihak.
“Angka pernikahan dini di Ketapang tinggi. Tentunya, ini menjadi pemicu terjadinya stunting. Untuk menekan stunting harus ada peran aktif dari semue stakeholder, salahsatunya ini melalui BKKBN dan mitranya Komisi IX DPR RI,” kata Edi.
Diapun minta, agar BKKBN dan OPD KB di Ketapang dapat mensosialisasikan KB pada masyarakat. Tujuannya agar tidak menikah muda dan tidak memiliki anak lebih dari dua orang.
Menurut Edi, peran media juga sangat penting dalam upaya sosialisasi penurunan stunting. Sehingga selain teman-teman PKB yang turun menyuluh berbagai macam program Bangga Kencana kepada masyarakat. Informasi tentang stunting juga disebar melalui media.
“Pemerintah Kabupaten Ketapang mendukung target prevalensi penurunan stunting nasional menjadi 14 persen pada tahun 2024, target penurunan untuk Kabupaten Ketapang tahun 2022, 20,10 persen, 2023 menjadi 16,70 persen dan 2024 jadi 13,34 persen,” papar Edi.
Sementara perkembangan prevalensi stunting di Kabupaten Ketapang berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 adalah 23,6 persen, sedangkan menurut data e-PPGBM per September 2022 capaian penurunannya sebesar 19,12 persen.
PelaksanaTugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Barat, Muslimat mengatakan, kegiatan sosialisasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting bersama mitra menjadi salah satu upaya buat menurunkan angka stunting khususnya di Ketapang.
BKKBN sendiri sudah banyak melakukan upaya penurunan stunting. Paling baru, dengan mengukuhkan bapak dan bunda asus stunting di jajaran Kodim se Kalbar.
Sementara itu, Anggota DPR RI Komisi IX Alifuddin optimis angka stunting di Kalbar pada 2024 mendatang bisa di 14 persen.
“Salah satu upaya cegah stunting, adalah jangan menikah muda,” pesannya.
Saat ini angka stunting di Kalbar masuk 12 besar provinsi paling tinggi terpapar stunting. Dalam penanganannya, alokasi anggaran yang dikucurkan mesti lebih besar. Jika alokasi dananya besar, tentu di 2024 mendatang angka stunting bisa turun sesuai target nasional.
Saat ini angka stunting di Kalbar masuk 12 besar provinsi paling tinggi terpapar stunting. Dalam penanganannya, alokasi anggaran yang dikucurkan mesti lebih besar. Jika alokasi dananya besar, tentu di 2024 mendatang angka stunting bisa turun sesuai target nasional.